Rabu, 03 Februari 2010

Islam di Tunisia

TUNISIA

Pendahuluan

Republik Tunisia (bahasa Arab: الجمهرية التونسية) adalah sebuah negara Arab Muslim di Afrika Utara, tepatnya di pesisir Laut Tengah. Tunisia berbatasan dengan Aljazair di sebelah barat, dan Libya di selatan dan timur. Di antara negara-negara yang terletak di rangkaian Pegunungan Atlas, wilayah Tunisia termasuk yang paling timur dan terkecil. 40% wilayah Tunisia berupa padang pasir Sahara, sisanya tanah subur[1].

Pita garis pantai Tunisia yang bersinar matahari di Laut Tengah, merupakan tempat impian para turis. Semenanjungnya yang berbatu-batu dan pantainya yang berpasir,  yang sebagian lenggang, bertaburan desa-desa dan kota-kota  yang ramah.

Tunisia terletak di Afrika Utara menghadap ke arah Eropa dan Timur Tengah. (Sicilia hanya 138km jauhnya) selama lebih dari 3000 tahun, pantai Tunisia telah menarik banyak orang eropa dan Timur  Tengah, para petualang, dan penyerbu.

Kini, Tunis, Ibu kota Tunisia, mencerminkan pertempuran peradaban antara barat dan timur[2].  Tunisia adalah negara kecil diantara tiga negara – Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko – wilayah yang disebut Magrib. Dalam bahasa Arab, Maghrib berarti Barat. Daerah itu merupakan dagian barat dari dunia Arab[3].

Sejarah Pra Islam

            Pelaut pedagang funisia dari Asia Barat mendirikan pelabuhan dagang di Afrika Utara, mungkin diawal abad ke 12 Sebelum Masehi. Menjelang abad ke 5 Sebelum Masehi. Katargo merupakan pusat kerajaan dagang yang kuat. Bangsa Romawi memerlukan waktu lebih seabad (264 – 146 Sebelum Masehi) untuk menaklukan katargo dan mendirikan pemukiman di sepanjang pantai Tunisia. Orang-orang Romawi menduduki daerah pedesaan Tunisia lebih luas dari Katargo[4], mereka mendirikan provinsi yang bersatu dan luasnya kurang lebih mencakup wilayah Tunisia sekarang. Selama abad ke-2, ke-3, dan ke-4 provinsi ini berkembang sebagaai lumbung pangan Romawi, mereka banyak menanam pohon Zaitun, sehingga Tunisia menjadi produsen utama minyak zaitun, ini diperlukan makanan, penerangan, dan sabun[5].

Di bawah kekuasaan Romawi, katargo menjadi pusat kegiatan kristen yang paling aktif. Para tokoh awal kristen yang aktif di Katargo meliputi, Tertulian, Santo Cyprian, Santa Monica dan anaknya, Santo Agustinus. namun, seperti halnya orang-orang katargo, bangsa Romawi tidak dapat menamamkan agama ataupun bahasayang langgeng di Tunisia. Di daerah pedalaman, suku berber tetap memakai bahasanya dan percaya terhadap animisme[6].

Menjelang Abad ke-5. Kekaisaran Romawi menjadi lemah lalu bangsa Vedal[7] menyerbu Tunisia. Yang lebih penting lagi adalah serbuan bangsa Arab di abad ke-7 dan 8 Masehi, mereka tidak mengalami kesulitan yang berarti menyerahkan penduduk Romawi. Bangsa Arab menaklukan katargo pada tahun 698 dan lalu mendirikan kota Tunis, yang ketika itu merupakan desa kecil yang terlindungi oleh laguna dari gelombang laut, suku berber yang menjungjung tinggi kemerdekaan, sangat sulit ditaklukan hingga zaman pedudukan Perancis seabad kemudian, sejarah Tunisia merupakan pertentangan terus menerus antara pemikiman tetap pantai dengan suku Nomad atau setengah Nomad dari daerah pedaulaman[8].

Awal Penaklukan Arab dan Dinasti Aglabiyah, zairi dan Hasfid

Bangsa Arab berhasil menyatukan budaya Tunisia. Invasi bangsa Arab di Abad ke – 11 dan 12 memperluas agama islam dan bahasa Arab kepada hampir  setiap orang pedalaman di bawah pimpinan Ugbah bin Nafi pada tahun 670 M. Berbagai dinasti berganti-ganti menguasai Tunisia[9], diantaranya dinasti Aghlabiyah (800-903 M) dan dinasti Ziri (972-1121 M).

Aghlabiyah adalah sebuah dinasti yang berkuasa di Ifriqiyah sekarang adalah wilayah Tunisia. Semenjak tahun 800 M – 903 M. ketika itu dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Fatimiyyah. Dinasti yang didirikan oleh Ibrahim al Aqlabdari khurasan, secara formal masih terikat oleh dinasti Abbasiyyah[10].

Bani Ziri berdiri di Tunis. Orang-orang ini dalah keturunan Barbar dari kabilah Sanhaji. Nama kerajaan diambil dari raja pertama yang memerintah, yaitu Yusuf Ibn Balkin Ibn Ziri Ibn Badis. Berdirinya kerajaan ini, karena banyak dari orang-orang Barbar yang banyak menduduki bani Fatimiyyah. Al-Muiz (raja keempat) melantik  Yusuf menjadi gurbernur untuk Afrika. Sejak itu Bani ziri berkuasa di Tunisia[11].

Setelah runtuhnya bani ziri. Berdirilah kerajaan bani hafsid. Kerajaan ini dinisbatkan pada Abu Hafs Umar bin Abu Yahya al-Hantani, salah seorang pengikut dari Ibn Tumart yang mengaku sebagai al mahdi dan mendirikan kerajaan Muwahidun.

Semula abu Hafs hanya mewakili kerajaan Muwahiddun di Tunisia. Tetapi pada akhirnya pada tahun 603/1207 M ia mendirikan kerajaan sendiri yang sangat kuat. Sehingga kekuasaanya sampai ke Eropa dan sebagian besar benua Afrika. Kerajaan ini mengalami kemunduran setelah keruntuhan belakangan saling berebut kekuasaan dan pengaruh. Dan keadaan ini segera diketahui kerajaan usmani, sehingga dengan mudah menaklukannya pada tahun 928/1574 M, saat runtuhnya banu Hafsid diperintah oleh sultan Muhammad bin Hasan, sedangkan penguasa turki pada zaman Murad III[12].  

 Di bawah dinasti Hafsid (1228 – 1578 M) Tunis menjadi salah satu pusat budaya islam yang paling gemilang. Selain masa ini Ibnu Khaldun menulis beberapa buku sosiologi yang pertama di dunia[13].

Turki Usmani dan Pembentukan Dinasti Husain

Pada tahun 1574, Tunisia menjadi salah satu bagian dari kekaisaran Turki Usmani, tetapi perlahan-lahan memperoleh hak untuk memerintah. Dinasti husain berdiri pada tahun 1705 dan memerintah Tunisia, hingga menjadi sebuah Republik[14]. Pada pertengahan abad ke-19, Tunisia menanggung sejumlah problem yang sama dialami oleh imperium Utsmani dan Mesir. Menghadapi kekuatan ekonomi Eropa yang sedang berkembang pesat dan kemunduran perekonomian internal, para Bey Tunisia berusaha memodernisir rezim mereka. Ahmad Bey (1837 – 1855) mendirikan sekolah politeknik pada tahun 1938 dan mengundang sejumlah ahli Eropa untuk melatih infantri baru. Pada tahun 1857, Muhammad Bey (1855 – 1859) memberlakukan kontitusi yang memberikan perlindungan kepada penduduk Tunisia, persamaan pajak, kebebasan beragama, dan pengadilan campuran Tunisia – Eropa. Konstitusi liberal tahun 1861, melahurkan sebuah senat oligarki yang direkrut melalui kooptasi. Namun, beberapa upaya reformasi ini belum dapat dilembagakan sepenuhnya, sabab jumlah tentara dan administrator yang belum memadai[15].

Upaya terakhir untuk memperkuat negara berlangsung pada masa pemerintahan khayr al-Din antara tahun 1873 dan 1877. Khayr al-Din berusaha memperkecil anggaran biaya publik, memperkecil kebocoran dalam pengumpulan pajak, dan mereformasi administrasi urusan agama. Ia mendukung pendirian perguruan Sadiqi tahun 1875 untuk melatih pegawai-pegawai pemerintahan, dan mengangkat supervisor baru untuk perguruan masjid Zaytuna. Dibawah kepemimpinannya permerintah membentuk kantor-kantor baruuntuk pengelolahan harta waqaf dan mengorganisir pengadilan muslim, khususnya untuk menghadapi tuntutan persamaan bangsa Eropa. Terakhir, program reformasi meliputi pembentukan sebuah penerbitanpercetakan pemerintah yang menerbitkan buku-buku tek untuk kepentingan pelajar Sadiqi dan untuk memproduksi naskah-naskah klasik hukum islam[16].

Masa Kolonial Perancis    

Pada tahun 1881, Perancis yang sebelumnya telah menduduki Al-Jazair, lalu menduduki pula Tunisia, pada tahun 1883,  Tunisia menjadi sebuah Protektorat Perancis[17].

Yang terpenting adalah pembukaan tunisia bagi koloni Perancis dan pemberlakuan sistem pertanian dan pendidikan modern. Perancis mendukung kolonialisasi dengan menjual tanah kolektif dan tanah wakaf. Ferubahan perundang-undangan pertanahan telah melahirkan meningkatnya penghasilan negara dengan membuka sejumlah tanah pertanian baru dan dengan menjamin hakmilik para pembeli Eropa. Jumlah koloni Perancis berkembang dari 34.000 pada tahun 1906 menjadi 144.000 pada tahun 1945, dan Perancis menguasai sekitar 1/5 dari jumlah tanah pertanian. Sistem pendidikan Perancis dikembangkan oleh Alliance Francaise dan oleh gereja Katolik. Antara tahun 1885 dan 1912 sekitar 3000 warga Tunisia mengirimkan putra-putra mereka ke Paris. Perancis juga terlibat dalam pendidikan Muslim pada tahun 1898 mereka berusaha mereformasi perguruan Zaytuna dengan menambahkan sejumlah mata pelajaran modern dan beberapa metode pedagogis, tetapi pihak ulama menentang campurtangan ini dengan memasukan pelajaran hukum Islam. Sekalipun demikian, beberapa ulama Tunisia dan pejabat Perancis bekerja sama dalam mereformasi pengajar publik, administrasi wakaf, dan menejemen Perguruan Sadiqi. Kalangan Maliki yang kelahiran pedalaman dan secara sosial sangat mobil lebih cenderung kepada kera sama Perancis daripada melakukan upaya perbaikan sejumlah perguruan Hanafi. Perpecahan dikalangan ulama, selanjutnya menyebabkan sebuah aliansi antara pemerintah dan beberapa segmen lembaga keagamaan Muslim. Demikianlah elite Tunisia menerima pemerintahan Perancis tanpa adanya kesulitan yang berarti. warga Tunisia ditenangkan kembali melalui pengerjaan para pejabat dan ulama Tunisia, dan melalui penghormatan Perancis terhadap sejumlah lembaga Muslim. Pihak Perancis berusaha meyakinkan bahwasanya tidak ada alasan untuk mengganggu pengumpulan pajak[18].       

Perancis lalu memperluas wilayah pertanian tetapnya, membangun banyak kota baru disekitar kota Arab kuno, dan membangun jarinagan jalan raya dan jalan kereta api. Sumbangan ini hanya sedikit mempengaruhi orang Tunisia, mereka adalah penduduk modern. Dibawah Perancis, sekitar seprempat anak-anak muslim memperoleh pendidikan. Namun, hanya sedikit saja tumbuh kelompok kelas menengah di Tunisia. Mereka adalah kelompok yang mengambil budaya Perancis kontemporer tanpa meninggalkan warisan budaya Arab –Islam. Perjuangan Tunisia melawan penduduk bangsa asing dibiayai dan dimenangkan kelompok tersebut[19].

Masa Transisi Menuju Kemerdekaan

Pada awal tahun 1930-an, generasi nasionalis baru tampil ke barisan terdepan. Selam satu dekade lebih partai destour dipmpin oleh keluarga konservatif, umumnya berpendidikan zaytuna, dengan naluri identitas arab muslim yang kuat. Sekarang para wakil dari kota-kota propinsial kecil dan menengah, dengan sebuah model pendidikan yang menggabungkan pengajaran bahasa arab dan Perancis dan gagasan sosialis sekuler tentang masyarakat Tunisia, bangkit menentang elite lama. Para pemuka baru ini mendapatkan dukungan kuatdari orang kota, kaum petani migran dan penduduk kota yang lebih luas. dengan dpimpin oleh Habib Bourguiba, yang lahir di Monatsir dan belajar di Paris pada tahun 1920-an, dan Mahmud Materi, gerakan pemuka tersebutmenuntut partisipasi yang lebih besar dari partai Neo - destournya (yang pada tahun 1964 diubah Sosialis Destour), dan muncul pula sebuah gerakan militan lebih terorganisir, dan memiliki keherensi yang lebih idielogis melancarkan perlawanan pihak Perancis. Pada kongres Destour tahun 1932 bourgiuba menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan mengusulkanseuah perjanjian persahabatan untuk melindungi beberapa kepentingan Perancis. Pada tahun 1934 kelompok radikal mengambil alih Destour dan menciptakan partai neo-Destour dengan Materi sebagai presiden dan bourguiba sebagai sekertaris jendral partai baru ini secara gigih menyerukan boikot terhadap produk-produk Perancis dan pembentukan sebuah rezim demokrasi parlementer. Meskipun pada dasarnya berorientasi sekuler, para tokoh neo-Destour memiliki akar-akar tradisi muslim dan menbangkitkan sentimen muslim melalui pertemuan dibeberapa masjid dan zawiyah. Mereka menyimbulkan identitas muslim mereka dengan mengagitasi hak pemakaman muslim bagi warga Tunisia yang telah meninggalkan islam dengan mengambil kewarganegaraan eropa. Dengan demikian, partai baru ini telah merombak kader sosial yang asli Destour yang jumlah mereka sangat terbatas dan berusaha menumbuhkan sebuah pergerakan massa. Bahkan dengan mengambil alih partai Destour, mereka mengamankan kelangsungan dan kohesi partai ini[20]. Ini partai menerima peradaban barat yang dibawa oleh Perancis, namun menentang kolonialisme dan berjuang untuk mendapatkan pemerintahan sendiri. Akhirnya pada tahun 1956, setelah perjuangan yang lama dan kadang-kadang penuh kekerasan[21].

Kemerdekaan Tunisia

Tunisia mencapai kemerdekaan dengan Bourguiba sebagai President. Pembentukan sebuah pemerintahan Tunisia yang merdeka segera dilanjutkan dengan konsolidasi kekuasaan Bourguiba. Pada tahun 1957 majelis konstituante melucuti angaran belanja Bey, melucuti gelar, dan kekuasaannya. Bourguiba ditetapkan sebagai kepala negara. Konstituantetahun 1959 mempercayakan kekuasaan kepada Presiden. Ia diangkat sebagai Presiden seumur hidup. Pemerintahan baru ini secara progresif menghentikan pejabat-pejabat Perancis dan mengganti mereka dengan kalangan militan, meskipun sekitar 2500 warga Perancis masih bertahan dalam kedinasan Tunisia[22].

Sebagai merespon terhadap tekanan politik dan kebutuhan ekonomi, rezim Tunisia merdeka telah mencoba menerapkan sejumlah strategi ekonomi yang berbeda. Sejak tahun 1956 sampai 1961, secara umum Rezim Tunisia memberlakukan kebijakan ekonomi liberal. Pada tahun 1956 dan 1957 pemerintah mengambilpertanahan warga Perancis, menetapkan kekayaan wakaf di bawah pengawasan (kontrol) pemerintah, dan membuka jalan bagipemilikan pribadi terhadap pertanahan kolektif. Beberapa kebijakan ini, tidak berhasil mendatangkan kapital dan investasi Tunisia. Dibawah tekanan perkumpulan dan kritisisme mahasiswa, dan tokoh-tokoh kalangan sosialis al-Jazair dan Mesir, maka pada tahun 1962, Tunisia mengambil orientalis sosialis. Tanah warga Eropa dinasionalisasikan pada tahun 1964 dan diserahterimakan kepadabadan-badan kerja sama finansial negara. Investasi publik yang sangat besar dan peminjam modal dari sumber-sumber modalluar negeri menjadi basis pembangunan ekonomi. Pada tahun 1969 kebijakan ini juga kegagalan dan Tunisia kembali kepada percampuran antara sektor swasta, koperasi, dan sektor publik dan menggalakan kembali investasi swasta asing. Dikalangan elite negara tidak memilikikejelasan ideologis atau kurang berpengaruh terhadap masyarakat dalam mengimplementasikan program investasi negara yang memusat dalam mengatasi persaingan kebutuhan pekerjaan dan kemakmuran[23].    

Pada tahun 1975. Pada tahun 1987, ia digulingkan oleh perdana mentri zine el-Abidine Ben Ali, yang mengatakan Bourguiba tidak pantas memerintah. Ben Ali, yang memegang tampuk kepresidenan, terpilih untuk jabatan itu tanpa oposisi pada tahun 1989 dan 1994[24].

Sampai tahun 1981, Tunisia bersistem politik satu partai. Partai Sosialis Destour (DSP) menduduki permusyawarahan nasional, sejak kemerdekaan  sampai tqhun 1994. Pada tahun itu, pemilihan berdasarkan  sedikitnya 19 kursi dari163 kursi perwakilan bagi pihak oposisi, walaupun DSP tetap berkuasa, dan larangan bagi partai fundamentalis muslim tetap berlaku, anggota permusyawaratan nasional dipilih setiap 5 tahun[25].

Daftar Pustaka

1.      Wikipedia.cm

2.      Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2000,

3.      ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1, PT. Grolier Internasional Inc, Jakarta 2000

4.      Cyrel Glasse, Ensiklpedia islam Ringkasan, P.T RajaGrafind, Jakarta, 1999.

5.      Harld Lamb, Hanibal sang penantang Imerium Rma, P.T Pembangun Djakarta. Jakarta 1966.


SPI KAWASAN TIMUR TENGAH II

 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“TUNISIA”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Oleh:

Cipto

105022000834

 

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2008/2009



[1]  www. Wikipedia. com

[2]  Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1, PT. Grolier Internasional Inc, Jakarta 2000. hal 82.

[3]  Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1, PT. Grolier Internasional Inc, Jakarta 2000 hal 84.

[4]  Katarga adalah sebuah k0ta di tepi pantai tunisia, daerah ini menjadi rebutan bangsa penjajah, karna wilayah yang strategis buat perdagangan, mulai dari bangsa funisia, Rmawi, Vandal, Francis, dan Turki Usmani.  

[5]   Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 87

[6]   Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[7]  Bangsa Jerman kun0

[8]   Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[9]  Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[10] Cyrel Glasse, Ensiklpedia islam Ringkasan, P.T RajaGrafind, Jakarta, 1999.hal  81

[11]  Cyrel Glasse, Ensiklpedia islam Ringkasan, P.T RajaGrafind, Jakarta, 1999 hal 82..

[12]  Cyrel Glasse, Ensiklpedia islam Ringkasan, P.T RajaGrafind, Jakarta, 1999.hal. 84.

[13]  Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[14]  Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[15] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2000, hal. 228

[16]  Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2000, hal. 228-229.

[17]  Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[18] I ra. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2000, hal. 230-231

[19] Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[20] ra. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2000, hal. 233-234.

[21] Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[22]  Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2000, hal. 235.

[23]  Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2000, hal. 235-236.

[24] Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

[25] Tim, ensiklopedia Bangsa dan Negara Jilid 1…………………………………. Jakarta 2000, hal 88

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
    beri 4 angka [4918] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI SUBALA JATI,,di no (((085-342-064-735)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 670 JUTA , wassalam.

    BalasHapus